[oneshoot] Regret
Author : choi heeyoung
Genre : sad, romance
Rating : PG-17+
Main cast :
Huang zi Tao EXO-M
Park jiyeon T-ARA
Support cast :
Suzy Miss A
EXO members
Summary : ketika penyesalan datang, waktu tak akan bisa diputar kembali.
~all Tao POV~
Hari ini adalah hari terburuk dalam hidupku. “Tao~ya, chukka atas pertunanganmu.” Ujar cheonyeol, aku hanya diam dengan wajah datar. “ya, tersenyumlah. Lihat jiyeon, dia begitu ramah pada tamu.” Eomma menyikutku. AISH!! Lihatlah yeoja itu, betapa bahagianya dia diatas penderitaanku, senyumnya begitu mengerikan, hari ini benar-benar bencana, argh!! “oppa.” Yeoja mengerikan itu berlari menghampiriku dengan senyum menyebalkan. “aku seumuran denganmu, jangan memanggilku dengan sebutan menjijikan itu.” Kataku dengan sinis. “tapi kau kaun lebih tua 2 bulan.” Sahutnya menggandeng lenganku tapi segera ku tepis. “berhenti bersikap bodoh.” Ujarku pergi meninggalkannya. “oppa.” Aish. Dia mengejarku dan mengamit lenganku, kalau tidak ada eomma sudah ku hempaskan tangannya. “tao~ya, chukkae atas pertunanganmu.” Ujar kai dan sehun yang datang bersama.. Suzy?? Mereka mengajak suzy? “oppa..” lirih suzy menatap jiyeon yang mengamit lenganku, segera ku hempaskan tangan yeoja menyebalkan ini. “s, suzy~aa…” aku tidak tahu harus bagaimana sekarang, suzy yang masih berstatus sebagai yeojachinguku datang ke acara pertunanganku, oh tuhan, semoga ini hanya mimpi buruk. “chukkae.” Ucap suzy. “aniya, suzy~aa.. kau jangan salah paham, ini bukan keinginanku.” Aku mencoba menjelaskannya pada suzy. “aku.. aku sama sekali tidak mencintainya, aku hanya mencintaimu suzy, percayalah..” aku menggenggam kedua tangan suzy. “oppa.” Yeoja menyebalkan itu memegang lenganku. “aish.!” Sentakku kesal menghempaskan tangannya. “ya, Tao~ya, apa yang kau lakukan? Dia itu tunanganmu.” Tegur kai. Cih, dasar penghianat, dia pikir aku tidak tahu dia menyukai suzy dan berharap hubunganku dan suzy berakhir. “gwenchana~ hehe.” Ujar yeoja menyebalkan ini. ish, benar-benar pencari perhatian. “jiyeon~aa. Kajja, kita ambil minum.” Sehun mengajak yeoja menyebalkan itu pergi, baguslah. “aku pergi.” Pamit suzy. “changkamman. Wae gurae?” aku menahan tangan suzy. “aku hanya akan mengganggumu dan tunanganmu, tao~ssi.” Suzy menghempaskan tanganku dan pergi. Sial! Ini semua gara-gara yeoja menyebalkan itu.
—————
Pagi ini aku sudah kena sial, yeoja menyebalkan itu datang kerumahku dan mengikutiku sampai ke tempat kerjaku. “oppa, aku akan menunggumu di sini sampai jam makan siang, lalu kita pergi makan siang bersama, ne?” ujarnya sok manis, aku mengacuhkannya dan kembali fokus pada pekerjaanku.
Keesokan harinya..
Yeoja ini lagi-lagi datang menghampiriku di kantor. “oppa, kajja, kita makan siang bersama, aku bawakan makanan untukmu.” Ujarnya tersenyum lebar, kennapa ada orang yang bermuka tebal seperti dia? Ckck, sudah jelas-jelas aku mengacuhkannya. “aku tidak lapar.” Sahutku tanpa menatapnya. “ayolah, makan ne? nanti kau bisa sakit kalau kau tidak makan. Igeo, makanlah.” Paksanya menyodorkan makanan padaku. “sudah ku bilang aku tidak lapar.” Bentakku menyingkirkan tangannya, bagus dia terdiam dan tidak mengoceh lagi. “gwencahana kalo oppa tidak mau makan makanan buatanku, tapi jangan sampai kau lupa makan ne? nanti kau bisa sakit.” Ujarnya menyunggingkan senyuman aku menatapnya kesal. “gurae, aku pergi dulu. Annyeong.” di keluar dari ruanganku. “eoh, jiyeon~aa.” Aku mendengar suara sehun memanggil jiyeon yang baru saja keluar dari ruanganku. “kau sudah mau pulang?” kudengar sehun bertanya. “ne.” sahut jiyeon. “kajja, kuantar kau pulang.” Cih, dasar yeoja pencari perhatian, bahkan temanku pun berbaik hati mau mengantarnya pulang.
—————
Sudah seminggu sejak pertunanganku, dan yeoja itu juga setiap hari datang ke kantor ku membawakan bekal makan siang yang ia buat sendiri, aku pun setiap hari menolak untuk memakannya. “oppa, jebal, hari ini makan ya?? ne???” bujuknya sok manis, aish. “gurae.” Sahutku kesal karena sedari tadi dia tidak berhenti mengoceh. “igeo.” Dia menyodorkan kotak bekal sambil tersenyum lebar, cih, menyebalkan. Aku membuka kotak bekal dan memakan makanan buatannya, eeuuu, lumayan.. “oppa ottae?” tanyanya. “tidak enak.” Sahutku ketus. Setelah selesai makan aku menutup kembali kotak makanan itu, apa ini? aku baru sadar di penutup kotak makanan ini ada setitik bekas darah, apa dia terluka? Ahhh, sudahlah, peduli apa aku padanya.. “oppa, hari ini temani aku jalan-jalan ya?” katanya tersenyum membujuk. “shireo.” Sahutku, yang benar saja, mana mungkin aku menemaninya jalan-jalan sedangkan hari ini aku ada janji dengan suzy, yeojachinguku tercinta. “wae?” tanyanya. “aku ada janji dengan suzy, yeojachinguku.” Sahutku dengan penekanan pada kata yeojachingu, raut wajahnya berubah kecewa, bagus. “oppa.” Suzy tiba-tiba datang dan langsung memelukku, yeoja menyebalkan itu juga melihatnya. “eoh, suzy~aa, kenapa kau sudah datang, aku kan bilang nanti ku jemput.” Ujarku mengusap pipi suzy. “aku ingin cepat-cepat bertemu denganmu oppa.” Sahut suzy mencium bibirku singkat, kulihat yeoja menyebalkan itu menatap kaget, wae? Dasar aneh. “ehm.” Dia berdehem membuatku dan suzy menoleh padanya. “eu, aku, pergi dulu.” Ujarnya menunduk, bagus pergilah.
————–
Sudah beberapa hari ini yeoja menyebalkan itu tidak datang menemuiku, apa dia marah padaku? Ada apa denganku?? Kenapa memikirkannya? Bukankah lebih bagus kalau dia tidak datang menggangguku? Ahh sudahlah.. “Tao~ya. kau mau ikut kita makan siang?” Tanya baekhyun membuyarkan lamunanku. “ne? eoh, kajja.” Aku pergi bersama chingu-chunguku untuk makan siang. Tunggu, sepertinya ada yang kurang? Sehun, ne, dimana dia. “sepertinya aku tidak melihat sehun. Kemana dia?” tanyaku. “eu, molla, cheonyeol~aa. Sehun kemana?” baekhyun melirik chaeonyeol. “eu, nado molla, suho hyung, apartemenmu disebelah apartemen sehun kan? Dia kemana?” cheonyeol malah melirik suho. “ne? eu, dia ada urusan bisnis jadi harus ke jepang sejak 5 hari yang lalu.” Sahut suho, ada apa sih dengan mereka? Aneh. “ bagaimana kalau sebentar malam kita perrgi ke club, akhir-akhir ini kan kita jarang keluar bersama.” Usulku, mereka saling pandang lalu menatapku. “eu, mian, aku ada janji dengan yeojachinguku.” Sahut baekhyun. “mwo? Sejak kapan kau punya yeojachingu? Kenap tidak pernah cerita?” tuntutku. “eu, itu..” baekhyun menggigit bibirnya, ada apa dengannya? “itu karena mereka baru saja jadian kemarin, yeojachingunya adalah sahabat dari yeojachinguku jadi malam ini kami double date.” Cheonyeol memotong. “ish, kalian sungguh tidak asik. Suho hyung, ottae? Kita ke club sebentar malam ne?” ajakku. “eu, aku juga tidak bisa, masih banyak pekerjaan yang belum ku selesaikan.” Tolaknya. “aish, kenapa kalian begitu sibuk sih.” Gerutuku. “mianhe, tao~ya.” ujar baekhyun.
—————-
Hari ini tepat seminggu yeoja itu tidak datang menemuiku, sepertinya ada yang kurang. Aniya…!! Apa yang kau pikirkan?!! “oppa.” Suara itu.. apa aku sudah mulai gila? “oppa.” Suara itu lagi, aku mendongak dan mnedapati yeoja itu sedang berdiri dihadapanku dengan senyum khasnya yang selalu membuatku kesal, tapi ada apa denganku hari ini? aku sama sekali tidak kesal melihatnya berdiri dihadapanku sambil tersenyum. “mau apa kau kemari?” tanyaku ketus. “wae? Oppa marah padaku ya, karena aku tidak kemari selama eumm, seminggu..?” tanyanya. “mwo? Kau tidak datang selamanya juga aku tidak peduli bahkan aku akan sangat bahagia.” Kataku kesal. “jadi oppa akan bahagia kalau tanpa aku?” tanyanya kecewa. “gureom.” Jawabku mantap. Dia menatapku sedih “mianhe, tapi aku tidak bisa, aku akan selalu disisimu sampai kapanpun.” Ujarnya tersenyum lebar, aish, menyebalkan, tapi ada apa denganku? Kenapa aku seperti…… senang? Aku senang?! Aniya! Mana mungkin! “oppa, aku ingin mengatakan sesuatu padamu.” Dari nada suaranya terdengar serius. “ini tentang yeojachingumu, suzy.” Lanjutnya. “wae? Ada apa dengannya?” tanyaku. “dia.. eu, tadi saat perjalanan kemari aku sempat mampir ke kafe, di sana, aku, aku melihatnya berciuman dengan namja lain.” Katanya. “MWO?! Mana mungkin?! Dia sangat mencintaiku, kau jangan pernah mencoba memfitnahnya untuk merusak hubungan kami, kau pikir aku akan percaya?! Sekali pun kau berusaha memisahkanku dengan suzy, aku tidak akan pernah mencintaimu, sampai kapan pun! Araseo?! Jadi jangan pernah memfitnah yeojachinguku lagi!!” bentakku, terang saja aku kesal, yeoja aneh ini berani-beraninya menjelek-jelekan suzy. “tapi aku tidak mem-“ “DIAM.” Sentakku berhasil membuatnya terdiam, aku pergi meninggalkannya dalam ruanganku menuju ke toilet untuk menenangkan diri. Setelah merasa cukup tenang aku kembali keruanganku tapi langkahku terhenti saat melihatnya msih dalam ruanganku, dia… menangis? Untuk apa dia menangis?! Jelas-jelas dia yang memfitnah suzy, tunggu, dia tidak sendirian, dia bersama.. sehun?? “uljima, eum.” Kulihat sehun mengusap wajahnya dan memeluknya. Kenapa ini? kenapa aku seperti tidak rela?! Aku merasa sehun mengambil yang seharusnya menjadi milikku. “eoh, jiyeon~aa, hidungmu berdarah lagi.” Sehun mengambil tissue dan dan membersihkan darah yang keluar dari hidung yeoja itu. “apa tidak sebaiknya kau-“ “sehun~aa.” Yeoja itu meenggeleng memotong ucapan sehun, mereka terlihat sangat dekat, ada apa denganku?! Aku merasa kesal?
Keesokan harinya…
Hari ini aku pergi ke tempat kerja suzy untuk memberi kejutan padanya, aku membuka pelan pintu ruangannya dan aku melihat sebuah pemandangan yang membuat amarahku naik ke ubun-ubun, suzy sedang berciuman dengan seorang namja. “bae suzy.” Panggilku membuat mereka menghentikan ‘kegiatan’ mereka. “o, op, oppa.” Sahutnya terbata. “neo.” BUKK aku meninju namja itu. “kya.. oppa, neo wae gurae?!” bentak suzy. Mwo? Dia membentakku?! “WAE?! Kau membela namja brengsek ini?!” bentakku. “eoh! Aku membela namja yang kucintai, WAE?!” suzy balik membentakku. “mwo?!” tanyaku tak percaya, namja yang dia cintai?! “kau pikir aku bersamamu selama ini karena aku mencintaimu heoh?! Aku hanya memanfaatkanmu, yang aku inginkan hanya uangmu.” Ujarnya sinis. “brengsek.” Hanya itu kata yang keluar dari mulutku sebelum aku pergi meninggalkan 2 manusia brengsek itu. AISH!!! SHIT!! Bisa-bisanya aku tertipu dengan yeoja brengsek yang mengaku mencintaiku itu!! Aku jadi teringat yeoja itu, kemarin aku membentaknya dan menuduhnya memfitnah suzy, padahal pada kenyataannya suzy memang brengsek. apa aku harus minta maaf padanya? Tapi… mau taruh di mana muka ku nanti kalau aku meminta maaf… aishh.. gurae, aku kerumah nya saja dulu. Aku melaju ke rumah jiyeon, aku memparkir mobilku tak jauh dari rumahnya, aku tak ingin dia tahu aku datang. Lalu untuk apa aku kemari?? Hahh molla. Kakiku terus melangkah menuju rumah jiyeon sampai aku melihat mobil sehun yang terparkir di depan rumahnya tak lama keluar seorang yeoja yang tak lain adalah jiyeon, aku bersembunyi dan diam-diam mendengarkan percakapan mereka. “jiyeon~aa, pikirkanlah baik-baik. Ini demi kebaikanmu.” Ujar sehun. “aku sudah memikirkannya, dan keputusanku tetap tidak sehun~aa.” Sahut jiyeon, apa yang sebenarnya mereka bicarakan? Sehun membuang nafas berat. “kau begitu keras kepala.” Sehun mengacak rambut jiyeon pelan, tanpa sadar aku mengepalkan kedua tanganku, kesal? Mungkinkah? Apa wajar aku kesal? Jiyeon tunanganku, dan sekarang sahabatku bersikap begitu mesra pada tunanganku, tunggu, aku, aku mngakuinya sebagai tunanganku? Tapi apapun yang terjadi jiyeon memang tunanganku. “Aku ingin kau mengambil keputusan yang tepat, tapi keputusan apapun yang kau ambil asal bisa membuatmu bahagia, aku akan mendukungnya karena aku mencintaimu.” Ujar sehun. MWO?! Sehun… dia mencintai jiyeon?! Tunanganku?! Eoh, sekarang kutegaskan kalau jiyeon adalah tunanganku. “behentilah mengatakan hal itu, ini sudah kesekian kalinya kau mengatakannya. Sehun~aa.” Sahut jiyeon. Jadi sehun sudah mengungkapkannya berulang kali?! Sehun tersenyum pada jiyeon dan mengacak rambutnya lagi. “masuklah~.” Katanya dan.. dia mencium kening jiyeon?! Sial! Kenapa aku sekesal ini?! sehun menyentuh tunanganku! Dia mencium kening jiyeon. aku pergi meninggalkan rumah jiyeon tanpa menemuinya.
—————
“oppa.” Suara seseorang menyadarkanku dari lamunanku. Dia berlari dari amabang pintu menghampiriku dengan senyum merekah, dan tidak seperti biasanya aku tidak kesal saat dia datang. “oppa, hari ini temani aku jalan-jalan ya? ne?” bujuknya, dia tidak marah karena aku membentaknya kemarin? “hari ini aku ada meeting.” Sahutku. “abeonim sudah membatalkannya dan katanya kau bebas hari ini. jadi mau ya, temani aku jalan-jalan. Ne?” serunya tersenyum lebar. Abeonim membatalkan meeting? Bukankah abeonim sangat disiplin? Dia tidak pernah membatalkan meeting untuk hal yang tidak penting. Kenapa abeonim membatalkan meeting dan membiarkanku pergi dengan yeoja ini. entah setan apa yang merasukiku sehingga aku mengiyakan ajakannya. “wuah. Gomawo. Kajja.” Serunya semangat. Dia mengajakku ke taman, banyak daun berwarna orange yang berjatuhan karena sekarang adalah musim gugur. Dia berlari kecil mengayunkan tangannya menikmati pemandangan yang memang indah ini, wajahnya terlihat begitu senang, tapi sepertinya da yang beda.. wajahnya sedikit pucat, apa dia kelelahan? “oppa, pemandangan disini indah bukan.” Ujarnya membuyarkan lamunanku. “oppa kajja. Kita duduk di sana.” Dia menarik tanganku kesebuah bangku panjang berwarna coklat. “ini adalah tempatku bermain sewaktu aku kecil, di tempat ini aku bertemu dengan seseorang, orang yang menemaniku bermain setiap hari, tapi suatu hari dia pergi meninggalkanku tanpa kabar, aku begitu sedih dan mencarinya kemana-mana, kami memiliki janji kalau suatu saat bertemu lagi, kami akan datang kemari bersama.” Ujarnya menatap lurus, pandangannya begitu sendu, baru kali ini aku melihatnya begitu sendu, karena biasanya dia menghampiriku dengan senyum yang merekah. Apa itu..? eu, darah?! Hidungnya mengeluarkan darah tapi sepertinya dia tak menyadarinya. “jiyeon~aa, hidungmu berdarah.” Ujarku, dia menoleh kaget dan segera memgang hidungnya sambil menengadahkan wajahnya agar darah itu tidak keluar lagi. Ini sudah kedua kalinya aku melihat hidungnya berdarah. “kenapa hidungmu..?” tanyaku menggantung. “mungkin aku hanya kelelahan, hehe. Eh, changkaman, tadi, tadi kau memanggil namaku?” tanyanya menatapku heran. “e, eoh. Wae?” sahutku gugup, ne, kuakui aku gugup karena sekarang dia menatapku begitu lekat. “aniya, hanya saja selama ini kau tidak pernah memanggil namaku, hehe.” Ucapnya. Benarkah? Aku baru sadar kalau selama ini aku tidak pernah memanggil namanya. “oppa, kajja, hari sudah mulai gelap.” Jiyeon mengajakku pulang, dan benar katanya matahari sudah mulai terbenam. “naiklah.” Aku menyuruhnya untuk naik ke mobilku. “ne?” dia menatapku tak percaya. “wae?” tanyaku balik. “oppa, kau mau mengantarku pulang?” tanyanya lagi. “appa dan eomma menyuruhku untuk mengantarmu pulang.” Sahutku berbohong, karena appa dan eomma memang tidak menyuruhku, dan jangan Tanya kenapa aku melakukannya karena aku pun tak tahu. Jiyeon masuk ke mobilku sambil tersenyum. Aku mengantarkannya ke rumah. Aku menghentikan mobilku tepat di depan rumahnya namun dia tak keluar dari mobilku, ku tolehkan kepalaku dan mendapatinya tengah tertidur pulas, yeoja ini benar-benar. Kutatap wajahnya saat tertidur, sangat polos, dari jarak sedekat ini aku baru menyadari kalau tunanganku ini memiliki wajah yang sangat cantik, matanya, hidungnya, bibirnya yang mungil. Deg.. kenapa ini? dia menggeliat, aku segar menjauhkan tubuhku darinya. “euggh. Eoh. Sudah sampai ya?” serunya membuka matanya sempurna. “aigoo~ mianhe oppa, aku ketiduran.” Ujarnya buru buru keluar dari mobilku. “oppa, gomawo.” Dia melambai dari luar mobil. “masuklah.” Suruhku. “eoh, annyeong.” ujarnya, aku pun pergi meninggalkan rumahnya. Ada apa denganku? Jantungku, jantungku berdetak tidak karuan saat menatapnya.
—————-
Hari ini aku makan di café bersama chingu-chinguku karena jiyeon tidak datang membawakanku bekal, ada apa dengannya?. Kenapa denganku? Apa… aku.. mer.. rindukan… nya? Mungkinkah aku… jatuh cinta padanya? “kau memikirkan jiyeon?” Tanya suho hyung membuyarkan lamunanku. “m, mwo?” tanyaku gugup. “kau merindukannya? Karena hari ini tidak daang?” kini giliran baekhyun yang menebak pikiranku. “Tao~ya, kau sudah jatuh cinta pada jiyeon iyakan?” tebak cheonyeol. Mereka bicara apa sih? “mengaku saja, kau merasa kehilangannya saat dia tidak menemuimu sehari saja, karena kau mulai mencintainya. Iyakan?” cecar baekhyun. “aku tahu itu tao~ya, kau sudah jatuh cinta pada tunanganmu, jiyeon, yeoja yang setiap hari mengikutimu, sekali pun kau membentaknya dia tetap saja mengikutimu dengan senyuman.” Ujar suho hyung. “ap, apa yang kalian bicarakan heoh? Eu, sehun mana?” tanyaku mengalihkan pembicaraan. “ne? sehun?” Tanya baekhyun. “eoh, dimana dia?” tanyaku, hufft, akhirnya mereka berhenti mencecarku dengan pertanyaan yang jujur aku tidak tahu harus menjawab apa. “eu, sehun sedang ke busan, ne, dia ke busan.” Jawab cheonyeol menggaruk tengkuknya. “mwo? Buat apa dia ke busan?” tanyaku heran. “eu, dia menjenguk tantenya yang sedang sakit.” Sahut suho hyung, aneh, anak itu akhir-akhir ini sering menghilang.
Malam harinya…
Aku menatap langit-langit kamarku, dengan tatapan kosong. “kemana dia? Kenapa tadi tidak datang? Apa terjadi sesuatu padanya?” gumamku, kuakui yeoja itu behasil menguasai pikiranku seharian ini. “eoh, Tao sedang ada di kamarnya, kau masuk saja.” Terdengar suara eomma. “ne, gomampseumnida eomonim.” Suara itu… itu suara jiyeon. Tap, tap, tap. Dia pasti sedang berjalan kemari. Ottokhe? Sebaiknya aku pura-pura tidur saja. Langkahnya semakin mendekat “eoh, sudah tidur rupanya.” Gumamnya, apa dia akan pergi? Andwae. Haruskah aku bangun dan menahannya pergi? Aniya, itu terlalu konyol. Tunggu, sepertinya dia mendekat. “oppa. Kau sudah tidur ya.” ujarnya disampingku. “wajahmu saat tidur begitu tenang dan polos. Oppa, bisakah kau menatapku dengan wajah setenang ini?” lanjutnya. Apa yang dia lakukan? Sudah jelas-jelas dia melihatku tidur, tapi dia malah berbicara padaku. “kurasa itu tidak mungkin, kau selalu menatapku datar bahkan terkadang kau menatapku kesal, tapi itu lebih baik dari pada kau tidak menatapku sama sekali, aku tahu kau pasti sangat membenciku karena kau harus bertunangan denganku, yeoja yang tidak tahu malu yang terus-terusan mengejarmu.” Apa yang dia bicarakan? “Oppa, kau pasti sangat menderita menjadi tunanganku, mianhe. Tapi tenanglah kau akan segera bebas dariku, kau akan segera mendapatkan kebahagiaanmu, aku akan pergi meninggalkanmu seperti yang kau mau, sebentar lagi, bersabarlah oppa. Mianhe, jeongmal mianhe, aku begitu egois, aku hanya memikirkan diriku sendiri.” Dia berhenti sejenak. Tes~ dia menangis? Air matanya jatuh di tanganku. “saranghae~ jeongmal saranghaeyo~” lirihnya membelai rambutku. “mianhe, cintaku padamu membuatmu menderita karena harus bertunangan denganku. Jeongmal mianhe.” Ujarnya disela tangisannya. “aku berjanji sebentar lagi kau akan mendapatkan kebahagiaanmu. Saranghae oppa.” Cup~ dia mengcium keningku lembut. Deg! Ingin rasanya aku bangun dan memeluknya, tapi itu tidak mungkin, gensiku terlalu besar untuk melakukan hal itu. “aku akan selalu mencintaimu oppa, sampai kapan pun akan selalu mencintaimu.” Ujarnya. Terdengar suara langkahnya menjauh. Aku membuka perlahan mataku saat suara langkahnya tidak terdengar lagi. Ku pegang keningku, ciuman hangat jiyeon masih terasa, tanganku basah karena air matanya, dia menagis dan meminta maaf padaku, padahal selama ini aku yang selalu melukainya. Sekarang aku sada kalau aku telah jatuh cinta padanya, sehari tidak melihatnya membuatku gundah. Tapi kenapa tadi dia berkata seperti itu? ‘aku akan pergi meninggalkanmu seperti yang kau mau’ kata-katanya masih terngiang di telingaku. Apa maksudnya? Dia akan pergi? Dia akan meninggalkanku? Andwae, aku tidak mau. Perlahan mataku mulai terpejam. Seorang gadis kecil sedang menangis di taman yang dipeniuhi daun-daun berwarna orange yang berguguran. “gwenchana?” seorang bocah laki-laki menghampirinya. “lolipopku jatuh, itu lollipop terkahirku.” Rengek gadis kecil itu.”igeo, ambilah.” Bocah laki-laki itu memberikan lolipopnya untuk gadis kecil yang menangis itu. “untukku?” Tanya gadis kecil itu dengan air mata masih menggenang di matanya. “eoh.” Bocah laki-laki itu mengangguk mantap. “lalu bagaimana denganmu?” Tanya gadis kecil itu lagi.”gwenchana.” sahut bocah kecil itu. “gomawo Tao~ya.” ujar gadis kecil itu tersenyum manis. “Tao~ya.” “uhm.” “kau mau berjanji?” “janji apa?” “kalau suatu saat nanti kita akan kembali bertemu dan pergi ketaman ini bersama, ne?” “eoh, aku berjanji.” “saranghae tao~ya.” “nado saranghae jiyeon~aa.” Aku terbangun dari mimpiku saat cahaya matahari mulai memaksa masuk kedalam kamarku. Mimpi itu.. jadi… orang yang jiyeon ceritakan beberapa hari lalu adalah aku..? kenapa ku bisa melupakannya? Tapi sekarang semua ingatan itu kembali, semua menjadi jelas.. aku sudah mengingat semua kenanganku saat bersama jiyeon kecilku, aku juga ingat saat itu aku berjanji akan menikahinya. Apa dia juga mengingat janjiku itu? Aku segera bangkit. Hari ini aku datang ke kantor dengan semangat. Sekarang sudah jam isirahat, kenapa jiyeon belum datang juga? Kuputuskan untuk menelponnya, ini pertama kalinya aku menelponnya. Tuttt, tuutt, tuutt. Tak ada jawaban, apa dia sedang sibuk? Tapi setahuku dia tidak bekerja. Drrtt. HP ku bergetar, aku berharap yang menelponku adalah jiyeon tapi ternyata sehun yang menelponku, ada apa? Tumben. “yobbosaeyo?”
“Tao~ya.”
“wae?”
“cepat datang ke rumah sakit XXX sekarang?”
“mwo? Wae? Siapa yang sakit?”
“tidak bisakah kau berhenti bertanya, dan cepat kemari?!”
“mwo? Ya! aku hanya berta-“
“jiyeon.” DEG! Seketika firasat buruk menghampiriku. “dia sedang dirawat disini.” Lanjut sehun, tuutt, segera kumatikan telp dan menyambar kunci mobilku, berbagai pikiran buruk menghampiriku, ku percepat laju mobilku menuju rumah sakit. “permisi, pasien bernama park jiyeon dirawat di ruangan mana?” tanyaku pada resepsionis. “di kamar 201.” Sahut suster itu. Aku berlari sepanjang koridor rumah sakit berharap segera menemukan kamar 201, kulihat sehun, baekhyun, cheonyeol dan suho hyung, aku berlari menghampiri mereka. “kenapa jiyeon?” nafasku tersengal-sengal, mereka menatapku sendu. Aku segera melihat kedalam kamar rawat, disana terbaring yeoja yang kukenal jelas, jiyeon, tunanganku yang sudah kusia-siakan, aku masuk keruangan yang sunyi itu, yang terdengar hanya suara mesin detector jantung. Kutatap wajah pucat jiyeon, kedua matanya yang biasa selalu berbinar kini tertutup. “dia tak sadarkan diri sejak semalam.” Suho hyung menepuk bahuku. “sebenarnya dia sakit apa hyung?” tanyaku masih menatap jiyeon yang belum juga membuka matanya. “dia…” ucapan suho hyung terpotong. “dia menderita leukemia.” Cheonyeol membuka suara. MWO?! “cheonyeol~aa.” Tegur baekhyun. “biar saja, aku sudah tidak tahan, biar Tao tahu.” Sahut cheonyeol membuatku semakin bingung. “tapi jiyeon-“ ujar baekhyun. “apa maksud semua ini??” tanyaku. “sebenarnya jiyeon menderita leukemia stadium akhir.” Kata sehun. “MWO?!” perkataan sehun bagaikan sebilah pisau yang menikam jantungku, kepalaku terasa menerima beban berton-ton, aku terduduk lemas. Kuharap semua ini hanya mimpi. “sejak kapan kalian mengetahuinya?” tanyaku. “sejak awal kau bertunangan dengannya.” Sahut baekhyun tertunduk. “wae?! Kenapa kalian tidak memberitahuku?!” bentakku. “jiyeon yang meminta kami untuk tidak memberitahumu, dia tidak ingin kau bertunangan dengannya hanya karena kasihan.” Jelas sehun. “mwo..??” aku tidak percaya dengan semua ini, jiyeon…… yeoja yang kuanggap sebagai orang asing yang datang merusak kebebasanku, yeoja yang ternyata adalah cinta pertamaku yang datang kembali untukku tapi aku telah menyia-nyiakannya bahkan jahat padanya, dan aku sekarang sadar, sangat sadar kalau aku mencintainya, tapi kenapa malah begini jiyeon~aa??, kenapa?! Kenapa kau melakukan semua ini padaku?! Kau membuatku merasa sangat buruk. Aku satu-satunya orang yang tidak mengetahui penyakitmu. Jiyeon~aa, tunanganku,,, cepatlah sadar.. aku menggenggam tangan jiyeon erat.
————-
Sudah seminggu jiyeon koma, dan selama itu pula aku terus menungguinya dirumah sakit, appa memahamiku dan membiarkankku tidak masuk kantor. Kini aku tengah duduk disamping ranjang tempat jiyeon terbaring, wajahnya masih pucat, ku genggam erat tangannya dan menciumnya. “jiyeon~aa,, tunanganku.. sadarlah, kumohon..” lirihku. Tes~ air mataku mengalir tak tertahankan, kembali terlintas di ingatanku saat aku membentaknya ketika dia memberitahuku soal perselingkuhan suzy, dia menangis karenaku, karena aku yang tidak mempercayainya dan membentaknya, mianhe~, mianhe jiyeon~aa. “jiyeon~aa, jebal..” ini sdah yang kesekian kalinya aku memanggil namanya tapi dia tak membuka matanya. Jiyeon~aa, tidakkah kau ingin mendengarku memanggil namamu lagi..? jebal sadarlah. “Tao~ya, pulanglah, kau perlu istirahat.” suho hyung menepuk bahuku. “tapi hyung-“ bantahku. “pulanglah Tao. Kau juga butuh istirahat.” Kata eomma jiyeon. “n, ne, eommonim.” Aku menurut. “tao~ya, jika jiyeon sadar nanti, berpura-puralah kalau kau belum mengetahui penyakitnya.” Ujar sehun. “mwo?” tanyaku bingung. “dia akan sangat sedih kalau kau tahu penyakitnya dan itu hanya akan memperburuk keadaannya. Ara?” jelas sehun, terlihat dia sangat mengkhawatirkan jiyeon, tentu saja, sehun mencintai jiyeon. “eoh.” Aku mengangguk dan pergi meninggalkan rumah sakit.
Malam harinya..
Aku sedang bersiap-siap untuk kembali kerumah sakit tapi tiba-tiba baekhyun menelpon, katanya jiyeon sudah sadar. Aku sangat senang dan ingin cepat-cepat kerumah sakit tapi dia melarangnya, kata baekhyun jiyeon tidak boleh tahu kalau aku sudah mengetahui penyakitnya. Akhirny aku memutuskan untuk tetap dirumah.
Keesokan harinya…
Drrrttt, drrrtt.. “eugh..” aku merenggangkan otot-ototku lalu mencari handphone ku yang sedari tadi bergetar, siapa sih yang menelpon sepagi ini..? aku mengangkat telpon dengan mata tertutup. ”eugh.. yobosaeyo.” Sahutku dengan malas.
“oppa..!” deg! Suara ini.. ini suara yang sangat kurindukan akhir-akhir ini. “oppa, kau baru bangun ya?” ujarnya lagi.
“e, eoh.”
“gurae, mandilah dan segera ke kantor.”
“n, ne?” kenap segugup ini?
“mian mengganggumu pagi-pagi, nan jeongmal bogoshipeo oppa, annyeong.” tutt.
“j, jiyeon-“ nado bogoshipeo jiyeon~aa. Aku tersenyum, senang? Tentu saja, pagi ini aku mendengar suara jiyeon, suara yang sangat ingin kudengar seminggu ini. aku segera mandi dan siap-siap ke kantor. Hari ini aku kembali bersemangat ke kantor, berharap saat makan siang nanti, jiyeon akan datang. Ku langkahkan kakiku di kantor dengan mantap menuju ruanganku.
Aishhh! Kenapa waktu berjalan begitu lama?!?! Kulirik jam tangan yang masih menunjukan pukul 11. Aishhh masih sejam lagi makan siang..
Satu jam kemudian…
Ini sudah jam makan siang, apa jiyeon akan datang menemuiku?? Apa dia akan datang sambil tersenyum padaku lagi?? Kuharap begitu. “oppa..!” seru seseorang dengan suara yang sangat ku kenal, aku menoleh, disana seorang yeoja cantik dengan gaun berwarna pink sedang berdiri sambil tersenyum diambang pintu. Dia berlari kecil dan memelukku. “oppa.. bogoshipeo.” Ujarnya, hangat, pelukannya terasa begitu hangat, baru saja aku mau membalas pelukannya, jiyeon sudah melepas pelukannya. “mm, m, mian..” katanya menunduk. Kenapa dia harus minta maaf. “wae? Kenapa kau meminta maaf?” Tanyaku, dia mendongakan kepalanya menatapku heran. “kau… tidak marah aku memelukmu?” tanyanya dengan mata yang bulat, sungguh lucu, aku tertawa kecil membuatnya mengerutkan kening. “oppa, kau sakit?” tanyanya menyentuh dahiku, aku menahan tangannya dan menariknya kepelukanku. “eo?!” dia sepertinya kaget. “o, oppa..” ujarnya saat aku melepas pelukanku, ku tatap wajahnya, sangat lucu dan menggemaskan. “wae?” tanyaku. “eu, kau… m, memelukku?” Tanya dengan wajah kaget, aku tertawa melihat tingkahnya. “wae? Bukankah kau tunanganku?” sahutku, dia terdiam menatapku dengan ekspresi tidak percaya. “mana?” tanyaku melihat tangan jiyeon yang kosong, dia tak membawakan bekal buatannya. “mwoga?” tanyanya bingung dan lagi-lagi ekspresinya membuatku gemas. “makan siangku..” sahutku. “eu, igeo…” aku tahu dia pasti tidak akan membawanya karena dia dari rumah sakit. “sudahlah, aku lapar, kajja.” Aku berjalan didepannya menuju café untuk makan siang. “eoh, sehun~aa” seru jiyeon saat kami sedang ada di café, aku menoleh dan melihat sehun, dia terlihat kaget melihat jiyeon bersamaku. “jiyeon~aa, neo..” ucapnya tergantung. “eu, aku ke toilet dulu.” Ujar jiyeon pergi meninggalkanku dan sehun. “kau.. mengajak jiyeon makan siang?” Tanya sehun. “eoh.” Sahutku memakan makananku. “kau melakukannya karena kasihan?” pertanyaan sehun berhasil membuatku menoleh. “mwo?” kenapa dia berpikiran seperti itu?! “sebelumnya kau selalu bersikap kasar pada jiyeon dan tidak pernah menganggapnya, tapi sekarang..” ujar sehun. “ani, aku tidak melakukannya karena kasihan, aku, aku mencintainya, aku mencintai park jiyeon, tunanganku.” Tegasku. Sehun tersenyum. “baguslah kalau kau mencintainya, kuharap kau akan terus membahagiakannya dan tidak membuatnya menangis lagi.” Ucapannya membuatku bingung, bukankah dia seharusnya kesal mendengarku berkata seperti itu? Tapi kenapa dia malah senang dan tersenyum? “aku mencintai jiyeon, aku tidak ingin dia menderita lagi, aku ingin melihatnya tersenyum walau tidak bersamaku.” Lanjutnya, aku terhenyak mendengarnya, sahabatku, sehun, dia begitu mencintai jiyeon dan begitu ingin membahagiakan jiyeon, sedangkan aku? Sebagai tunangannya aku hanya membuatnya menderita selama ini.
————-
Malam ini eomma menyuruhku mengajak jiyeon kerumah untuk makan malam bersama. “annyeonghasaeyo.” Sapa jiyeon pada kedua orang tuaku. “omo.. jiyeon~aa, kau makin cantik.” Ujar eomma mengelus rambut jiyeon yang menanggapinya dengan senyuman manis. “kajja, kita keruang makan.” Ajak appa. Setelah selesai makan malam aku mengajak jiyeon ke kamarku karena katanya dia ingin melihat bintang lewat teropong dan aku punya teropong bintang di beranda kamarku. “aigoo~ neomu yeoppoda.” Serunya saat melihat bintang dari teropong. “oppa, apa setiap malam kau melihatnya?” tanyanya antusias. “ani.” Sahutku. “wae? Bukankah ini sangat cantik.” Ujarnya kembali fokus melihat bintang. “aku setiap hari melihat yang jauh lebih cantik dari itu.” Ujarku membuatnya menoleh, kena kau perk jiyeon. “mwoga?” tanyanya penasaran. “kau mau tahu?” aku balik bertanya. “kemarilah, ku beritahu.” Sahutku, jiyeon mendekat, aku memgang pundaknya. “neo.” Bisikku tepat ditelinganya. “n, ne?” dia terlihat gugup, sangat lucu. “kau.. jauh lebih cantik dari bintang-bintang itu, saranghae jiyeon~aa.” Akhirnya aku bisa mengatakannya sekarang, ku lihat wajahnya memerah, sungguh menggemaskan, aku mendekatkan wajahku dan dalam hitungan detik bibirku sudah menempel di bibir mungilnya, aku melumatnya lembut, sepertinya dia masih kaget namun sedetik kemudian dia membalas ciumanku, hangat dan lembut, kulingkarkan tangannku di pinggang rampingnya dan jiyeon mengalungkan tangannya di leherku, ku dorong tubuhnya pelan kedalam kamar meninggalkan beranda yang dingin, kuperdalam ciumanku dan semakin melumat bibir mungilnya, tanpa kusadari kakiku masih berjalan membuat jiyeon juga melangkah mundur sampai kakinya menabrak ranjangku. “eo..” ujarnya melepas ciuman kami dan menoleh kearah kakinya yang menabrak ranjangku, dia menatapku, aku tersenyum evil dan kembali menciumnya, melumat bibirnya dalam, merasakan kehangatan dan sensasi yang berbeda, perlahan kudorong tubuhnya sampai terbaring diranjangku.
Keesokan harinya…
Kubuka mataku perlahan menyesuaikan dengan cahaya yang masuk kedalam kamarku, aku menoleh pada seseorang yang kini tengah tidur disampingku sambil memelukku, aku tersenyum melihatnya disampingku. Apa dia akan disampingku selamanya? Kuharap begitu. Kuperhatikan wajahnya saat tidur, sangat polos dan tenang. “eugh.” Jiyeon mulai menggeliat dan mengerjap-ngerjapkan matanya membuatku gemas. “kau sudah bangun?” tanyaku mengelus rambutnya. “eum.” Dia mengangguk dengan mata yang masih setengah tertutup. “omo..! ini sudah pagi?!” tanyanya panik, matanya membulat sempurna. “eoh, wae?” tanyaku bingung. “ottokhae? Appa dan eomma pasti mencariku.” Ujarnya panik. “tenanglah, semalam kan aku menjemputmu, orang tuamu mempercayakanmu padaku.” Kataku mengacak rambutnya, dia tersenyum. “jam berapa sekarang?” tanyanya.
“jam 9.” Sahutku melirik jam.
“mwo?! Kau tidak ke kantor?”
“ani.”
“wae?”
“hari ini aku bebas.”
“bebas?”
“appa memberikan ijin padaku untuk santai hari ini.”
“hajiman wa-“ cup~ aku membungkam bibirnya dengan bibirku.
“jangan bertanya lagi, eoh?” ujarku setelah melepas ciumanku, dia mengangguk dengan wajah memerah, entah sejak kapan aku sangat menyukai ekspresinya yang seperti ini.
“mandilah, hari ini aku akan membawamu kemana pun kau mau.”
“eum.” Jiyeon mengagguk dan segera mandi.
Hari ini aku membawa jiyeon berjalan-jalan, kami pergi ke berbagai tempat hingga sore, katanya dia ingin melihat matahari terbenam di pantai. “jiyeon~aa.” Panggilku. “eum.” Dia menoleh. “orang yang berjanji padamu untuk datang kembali ketaman bersamamu, itu adalah aku.” Ujarku, dia menatapku kaget. “apa kau sudah tahu?” tanyaku, dia tersenyum dan mengangguk. “mwo? Kau sudah tahu dan kau tidak memberitahuku?” tanyaku kesal. “aku takut, aku takut kau tidak bisa mengingatku dan itu malah membuatmu menderita.” Sahutnya. Aku terhenyak mendengarnya, jiyeon sangat mencintaiku, dia tidak ingin aku menderita sedangkan aku, sebelumnya aku selalu menyakitinya. “mianhe.” Hanya itu yang mampu kuucapkan. “jeongmal mia-“ ucapanku terhenti saat jiyeon menempelkan jari telunjuknya di bibirku. “jangan mengatakannya lagi, eoh?” ujarnya lembut. “Tao~ya.”
“uhm.”
“kau mencintaiku?”
“eoh. Saranghae.”
“andwaeyo. Kau tidak boleh mencintaiku.”
“wae?” tanyaku heran, jiyeon malah tersenyum.
“karena kau memang tidak boleh mencintaiku, berjanjilah untuk tidak mencintaiku dan hiduplah bahagia.” Ujanya tenang, aku menatapnya bingung. “eo..! mataharinya sudah mulai terbenam.” Serunya menatap matahari yang mulai terbenam. Kuperhatikan wajahnya yang terkena cahaya dari matahari yang mulai terbenam, yeoppo dan pucat,, “tao~ya.” panggilnya memuyarkan lamunanku. “uhm.” Sahutku. “bisakah kau tersenyum untukku?” tanyanya. Kenapa hari ini jiyeon begitu aneh? “wae?” aku balik bertanya. “aku ingin melihatmu tersenyum untukku.” Katanya, aku menurutinya, tersenyum untuknya, mulai sekarang senyumanku milikmu jiyeon~aa. “gomawoyo. Kajja. Hari sudah malam.” Ajaknya. Aku pun mengantarkannya pulang.
Keesokan harinya…
Aku merapihkan dasiku didepan cermin, aku ingin terlihat baik didepan jiyeon. Drrrtt drrrtt “yobosaeyo.”
“Tao~ya, sejak semalam jiyeon tak sadarkan diri dan sekarang dia sedang di rawat di rumah sakit.”
“ye? Gurae, aku akan segera kesana eommonim.” Ttuuutt, aku segera melaju kerumah sakit, jiyeon~aa, kenapa kau selalu seperti ini heoh? Aku mempercepat laju mobilku hingga tiba di rumah sakit. Aku berlari mencari kamar tempat jiyeon dirawat, disana sudah ada orang tua jiyeon dan sahabat-sahabatku, aku melangkahkan kakiku menuju ranjang tempat jiyeon berbaring, aku duduk di kursi sambil mengelus rambut jiyeon. Jiyeon~aa, bisakah kau membuka mata mu dan tersenyum padaku seperti kemarin?
————–
Hari ini adalah hari kedua jiyeon koma, aku kembali menjaganya dirumah sakit. Kugenggam erat tangannya. “jiyeon~aa, jebal bukalah matamu, tersenyumlah untukku heum..?” diam,, tak ada jawaban kecuali suara mesin pendetektor detak jantung. Tes~ air mataku tak dapat kubendung lagi, ketakutan semakin menghampiriku setelah mendengar apa yang dibicarakan dokter dengan orang tua jiyeon, katanya kondisi jiyeon sudah sangat buruk dan harapan hidupnya sangat kecil. “jiyeon~aa, bangun dan katakan padaku kau baik-baik saja eoh?” kataku. “tao~ya.” panggil orang tua jiyeon yang datang bersama sahabat-sahabatku. “relakan jiyeon, ne?” ujar eommonim membuat hatiku seperti diiris pisau, perih. Bagaimana mungkin aku… jiyeon~aa, apa kau juga memintaku untuk merelakanmu? Aku menatap jiyeon yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. “kami juga akan merelakannya” kata abeonim. Aku berbalik menatap jiyeon, menggenggam tangannya, mengelus rambutnya dan mengecup keningnya. “saranghae, jiyeon~aa.” Bisikku dan sedetik kemudian bunyi memekakan telinga dari mesin detector jantung membuatku terduduk lemas, garis lurus dilayarnya menyadarkanku kalau jiyeon sudah pergi meninggalkanku untuk selamanya.
————–
Setelah selesai upacara kematian jiyeon, eommonim memintaku datang kerumah dan memberikanku sebuah diary milik jiyeon. Aku duduk di taman tempatku dan jiyeon bermain dulu, ku buka perlahan lembar demi lembar diary jiyeon.
Hari ini aku bertunangan dengan Tao oppa, senang? Tentu saja, akhirnya aku bisa bersama namja yang ku tunggu selama 11 tahun, namja yang berjanji akan bertemu kembali denganku, tapi kurasa dia sudah lupa denganku karena sikapnya begitu berbeda, dia sangat kasar padaku, hari ini dia tidak menganggapku, untung ada sehun, dia mengajakku mengobrol, tapi tetap saja aku tidak bisa berhenti memperhatikan Tao oppa yang sibuk dengan yeojachingunya, sakit rasanya hatiku. Hajiman, gwenchana, aku harus tetap kuat di sisa-sisa hidupku sebelum penyakit menyebalkan ini benar-benar membunuhku, aku harus tetap kuat demi tao oppa.
Sudah 3 hari aku tidak datang membawakan bekal ke kantor tao oppa, aku terbaring lemas dirumah sakit karena penyakit menyebalkan ini, bosan, aku sangat bosan, untung saja setiap hari sehun selalu menemaniku, dan malam ini, baekhyun oppa, cheonyeol oppa dan suho oppa datang menghiburku, mereka sungguh baik.
Jadi… waktu itu, waktu aku mengajak mereka untuk keluar, mereka menolaknya karena mereka pergi menemani jiyeon di rumah sakit..?
Yeah. Akhirnya hari ini aku bisa keluar dari rumah sakit, aku buru-buru pergi ke kantor tao oppa, saat di perjalanan aku melihat yeojachingu tao oppa sedang bermesraan dengan namja lain, sesampai dia kantor tao oppa aku memberitahukan hal itu padanya tapi dia malam memarahiku, sakit, sangat sakit rasanya saat tao oppa membentakku dan membela suzy dihadapanku.
Mianhe~, mianhe jiyeon~aa……
hari ini aku mengajak tao oppa jalan-jalan, aku mengajaknya ke taman tempat kita bermain dulu, tapi sepertinya dia tidak mengingatnya, dia benar-benar sudah melupakanku. Tapi hal yang sungguh menakjubkan terjadi, tao oppa memanggil namaku dan mengantarkanku pulang..!! huaa.. aku sangat senang.
Apa aku begitu berarti bagimu jiyeon~aa…?
Aish..!! aku semakin membenci penyakit ini, gara-gara penyakit ini aku jadi tidak bisa membawakan bekal untuk tao oppa, setelah chek up di rumah sakit bersama sehun, malam ini aku pergi menemui tao oppa tapi ternyata dia sudah tidur… -_-
Jadi hari itu dia sakit…? Dan yang pergi menemaninya sehun, bukan aku.. betapa bodohnya aku..
Wuaahh rasanya sudah lama aku tidak menulis di diary ini, tentu saja, aku koma selama 1 minggu jadi tidak sempat menulis di sini. Huaahh, aku sangat merindukan tao oppa, jadi hari ini aku pergi menemui tao oppa di kantornya dan dia memelukku..!! apa aku bermimpi?! Ani, ini kenyataan, tao oppa benar-benar memelukku…!!! Jjang..!! hihi
Tes~ air mataku yang sedari tadi kubendung jatuh begitu saja. Kututup buku diary jiyeon, aku tidak sanggup membaca lembar terakhir yang dia tulis. Aku kembali teringat saat-saat dimana aku membentaknya, memarahinya. Menyesal. Itulah yang kurasakan sekarang, aku sangat menyesal telah bersikap bodoh dan menyia-nyiakan yeoja yang sangat mencintaiku. Jiyeon~aa, inikah caramu menghukumku? Kau membuatku benar-benar merasa buruk. Mianhe jiyeon~aa, jeongmal mianhe.
The END
ottae??? mian kalo gaje.. 😀 ini oneshoot buat ingisi waktu nungguin lanjutan FF ku yang nunggak (?) hehehe.. mohon meninggalkan jejak.. 🙂